Theories of Social and Cultural Reality

0

Posted by Ahmad Ya Habibi | Posted in , | Posted on 08.44

Theories of Social and Cultural Reality



Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa realitas tidaklah obyektif, tetapi dikonstruksikan melalui proses interaksi dalam kelompok, komunitas, dan budaya.

Ada berbagai cara untuk memahami objek. Bahasa merupakan alat labeling yang kita gunakan untuk membedakan objek di sekitar kita.Bagaimana kita memahami objek dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya tergantung realitas sosial, rencana-rencana yang dilakukan melalui interaksi.

Sebagaimana sebuah gerakan, konstruksi sosial tidaklah konstan dan memiliki berbagai versi. Menurut Robyn Penman :
1. Communication action is voluntary
Komunikasi bersifat sukarela, tindakan manusia dalam kelompok sosial sangat beragam namun tetap memperhatikan pemaknaan yang didasarkan pada aturan-aturan moral, aturan tindakan dan peran (sebagaimana terjadi dalam interaksi simbolik)
2. Knowledge is a social product
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ditemukan secara objektif, melainkan dicapai melalui interaksi dengan orang lain dalam kurun waktu dan tempat tertentu. Bahasa dan bagaimana kita menggunakannya memiliki kekuatan khusus dalam menciptakan makna dan mempengaruhi tindakan.
3. Knowledge is Contextual.
Pemaknaan kita terhadap peristiwa diperoleh melalui interaksi dalam waktu dan tempat tertentu dan dalam lingkungan sosial tertentu. Pemahaman terhadap peristiwa akan berubah sesuai perubahan waktu, dan setiap kita akan memahami pengalamannya dengan cara berbeda-beda, tergantung pada konteks dimana kita melakukannya.
4. Theories create worlds.
Teori, dan penelitian ilmiah bukanlah suatu alat objektif dalam menemukan kebenaran, tetapi memberikan kontribusi untuk menciptakan pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang merupakan sebuah aktivitas sosial, memiliki sebuah pengaruh terhadap apa yang dikaji/diobservasi dan bagaimana pengalaman dipahami.

5. Scholarship is value laden.
Apa yang kita lihat dalam sebuah investigasi atau apa yang kita jelaskan dalam sebuah teori komunikasi selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melekat dalam pendekatan yang kita gunakan.
Pendeknya, komunikasi dikatakan sebagai sebuah kategori yang berbeda dengan kategori lainnya. Dalam pandangan social construction, komunikasi lebih merupakan sebuah perspektif ketimbang sebuah subjek materi, karena komunikasi merupakan proses dimana semua realita dikonstruksikan, dan terlibat dalam semua hal.


What is the communication perspective?


W. Barnett Pearce: A perspective is a way of looking at or thinking about something,…so, how one would look at or think about things from the communication perspective.


Beberapa aspek pengalaman manusia dapat dipandang dari perspektif bagaimana hal itu dibuat dan digunakan dalam konstruksi sosial terhadap realitas. Resources terdiri dari ide-ide, nilai, norma, simbol, dan segala sesuatu yang digunakan untuk membangun realitas, kesemuanya di-share-kan dengan orang lain dan dikonstruksikan besama melalui interaksi dalam masyarakat. Practices terdiri dari apa yang dilakukan atau ditampilkan, meliputi perilaku, tindakan, dan bentuk-bentuk ekspresi. Keduanya (resources dan practices) sangat terkait dan tidak dapat dipisahkan. Resources dikonstruksikan dalam tindakan/practice, dan practice dibentuk oleh resources. Maka perspektif komunikasi adalah suatu cara berpikir tentang pengalaman dimana rangkaian/siklus resources dan practice diobservasi dan dipelajari.


Some examples of Social Construction

The Self. Rom Harre : Self is both individual and social, the ways individuals account for(menerangkan) and explain their own behavior in particular episode.
Konsep-konsep:
Ethogeny : studi tentang bagaimana manusia memahami tindakan-tindakannya ke dalam bagian-bagian (sequences/episode) atau studi bagaimana kita memahami episode.
Episode : suatu peristiwa yang memiliki awal dan akhir yang dapat diidentifikasi.
Bahasa sehari-hari yang digunakan orang untuk mendiskripsikan dan menjelaskan episode merefleksikan pemaknaan mereka tentang episode tersebut.
Ct: ‘making love’ antar dua orang (look at page 166)
(orang menciptakan teori-teori dalam kehidupannya melalui interaksi, untuk menjelaskan pengalaman realitanya.Maka dua orang yang saling mencintai akan menciptakan teori-teori untuk menerangkan dan menjelaskan ‘apa arti cinta, dan bagaimana mengungkapkannya melalui tindakan’. Mkaa episode cinta akan berbeda-beda bagi setiap pasangan, sesuai bagaimana mereka mendefinisikannya)

Self, menurut Harre, disusun oleh teori personal, yakni, kita belajar memahami diri kita sendiri dengan cara menggunakan sebuah teori yang mendifinisikannya. Karena itu ada suatu perbedaan penting antara ‘self’ dan ‘person’.

Person: sesuatu yang nampak dalam diri manusia yang dicirikan oleh atribut dan karakteristik yang nyata dalam sebuah budaya atau kelompok sosial. Misal: orang dalam budaya Amerika Eropa dipandang otonom karena mereka bebas membuat pilihan-pilihan dalam mencapai tujuannya. Tetapi tidak semua budaya memandang orang sedemikian rupa.

Self: sebaliknya, ide,pikiran, gagasan, dugaan individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan.


Emotion.
Emosi merupakan sesuatu yang dikonstruksikan, ditentukan oleh bahasa lokal dan aturan-aturan moral suatu budaya/kelompok sosial.
James Averill: emosi adalah sistem keyakinan yang mengarahkan definisi seseorang tentang situasi. Emosi terdiri dari norma-norma sosial yang diinternalisasi dan aturan-aturan perasaan. Aturan dan norma ini akan memberitahukan kepada kita bagaimana untuk mendifinisikan dan merespon emosi. Kemampuan untuk merasakan emosi merupakan suatu konstruksi sosial.

Account. Salah satu cara orang untuk mengkonstruksikan realitas sosial adalah dengan membuat keterangan-keterangan (make accounts), atau penjelasan dan pembenaran terhadap perilakunya.
Contoh: ketika kita tidak mengerjakan tugas maka kita berusaha membuat penjelasan-penjelasan atau pembenaran atas perilaku kita. Apapun yang kita katakan itu berarti kita merekonstruksi berbagai aspek realita sosial pada saat kita membuat keterangan (account).

Coordinated Management of Meaning (CMM)
– Barnett Pearce, Vernon Cronen.
“Orang melakukan interpretasi dan bertindak sesuai dengan aturan-aturan”

Individuls within any social system


Understanding what is going on &
apply rules to figure things out


Act on the basis of their understanding
(employing rules to decide what kind of action is appropriate)


Rules – 2 tipe constitutive rules (rules of meaning) – digunakan komunikator untuk menginterpretasi/memahami peristiwa/pesan

Regulative rules (rules of action) – digunakan untuk menentukan bagaimana merespon / bertindak
Rules berada dalam konteks dan untuk menginterpretasi dan bertindak dipengaruhi oleh frame of reference



Language and Culture

Linguistic Relativity (relativitas bahasa)
“struktur bahasa suatu budaya menentukan perilaku dan kebiasaan berpikir budaya tersebut”.

Sapir: “proses pemikiran kita dan cara kita melihat dunia dibentuk oleh struktur gramatikal bahasa”.


Elaborated & Restricted Codes (basil Bernstein)
• bagaimana struktur bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari merefleksikan dan membentuk asumsi suatu kelompok sosial
• Bagaimana sistem kelas menciptakan perbedaaan tipe-tipe bahasa dan bagaimana sistem tersebut dipelihara oleh bahasa
• Asumsi dasarnya, relationship yang terwujud dalam kelompok sosial mempengaruhi tipe-tipe percakapan/bicara yang digunakan kelompok tersebut dan struktur percakapan yang digunakan suatu kelompok menghasilkan perbedaan, relevan atau signifikan.
• Beda kelompok beda prioritas, dan bahasa muncul dari apa yang diperlukan untuk memelihara relationship dalam kelompok.
• People learn their place in the world by virtue of the language codes they employ.